DLZS2 Fanfic: Meteor
[Warning: singkat, belok]
"Katanya, bintang jatuh bisa mengabulkan permohonan."
"Memang kau punya permohonan?"
"Tidak juga..."
Malam yang gelap. Malam yang cerah. Terima kasih atas minimnya polusi cahaya, malam ini penghias angkasa terlihat rupanya. Menghafal rasi bintang bukan kewajiban bagi seorang petarung, tapi melihat mereka merupakan kesenangan tersendiri bagi sekian manusia. Di atap kuil tertinggi, dua orang anak meluruskan kaki lelah berlari. Menatap langit dan kawannya.
Satu meteor meluncur cepat, pergi ke sisi lain langit hanya dalam sekali kedip. Keduanya terdiam menatap keindahannya, berpikir ke mana batu cahaya itu pergi. Juga berpikir tentang mitos yang sering lewat telinga. Permohonan bintang jatuh.
"Menyelamatkan dunia." Frasa yang menggetarkan keduanya.
"Permohonanku hanyalah agar bisa menyelamatkan dunia." Yang berambut merah tidak menoleh dari ekor meteor. Menatap ke kejauhan seperti melihat masa depan dirinya sendiri.
"Aku yakin itu akan terkabul." Sepasang bola kehijauan menatap penuh keyakinan. Dia selalu punya keyakinan bagi saudara yang duduk di sebelahnya ini.
"Tentu saja terkabul. Kita dan yang lainnya harus bekerja sama untuk menyelamatkan dunia!" Tangan terkepal sebagai gestur bersemangat. Disambut dengan wajah sumringah saudaranya.
"Aku setuju!"
Kaifo dapat melihat bintang di mata Xiaoyi. Bukan hanya bayangan dari langit, tapi juga dari semangat yang terpancar hangat. Xiaoyi selalu seperti bintang di matanya, bersinar dengan cahayanya sendiri.
Suatu hari, mungkin bintang ini akan jatuh dan mengabulkan permohonan.
"Kau sendiri, apakah punya permohonan?" Ganti manik merah Xiaoyi yang menatap Kaifo.
"Tentu punya." Berkedip. "Dimana ada air, ada harapan." Air adalah dirinya. Dirinya adalah harapan.
Xiaoyi menghela nafas. Kadang sulit membaca pikiran saudara seperjuangannya ini. "Sepertinya... kau punya banyak permohonan."
Kaifo tidak menjawab kecuali dengan gumaman.
'Aku ingin menyelamatkanmu ketika dunia menjatuhkanmu.'
"Katanya, bintang jatuh bisa mengabulkan permohonan."
"Memang kau punya permohonan?"
"Tidak juga..."
Malam yang gelap. Malam yang cerah. Terima kasih atas minimnya polusi cahaya, malam ini penghias angkasa terlihat rupanya. Menghafal rasi bintang bukan kewajiban bagi seorang petarung, tapi melihat mereka merupakan kesenangan tersendiri bagi sekian manusia. Di atap kuil tertinggi, dua orang anak meluruskan kaki lelah berlari. Menatap langit dan kawannya.
Satu meteor meluncur cepat, pergi ke sisi lain langit hanya dalam sekali kedip. Keduanya terdiam menatap keindahannya, berpikir ke mana batu cahaya itu pergi. Juga berpikir tentang mitos yang sering lewat telinga. Permohonan bintang jatuh.
"Menyelamatkan dunia." Frasa yang menggetarkan keduanya.
"Permohonanku hanyalah agar bisa menyelamatkan dunia." Yang berambut merah tidak menoleh dari ekor meteor. Menatap ke kejauhan seperti melihat masa depan dirinya sendiri.
"Aku yakin itu akan terkabul." Sepasang bola kehijauan menatap penuh keyakinan. Dia selalu punya keyakinan bagi saudara yang duduk di sebelahnya ini.
"Tentu saja terkabul. Kita dan yang lainnya harus bekerja sama untuk menyelamatkan dunia!" Tangan terkepal sebagai gestur bersemangat. Disambut dengan wajah sumringah saudaranya.
"Aku setuju!"
Kaifo dapat melihat bintang di mata Xiaoyi. Bukan hanya bayangan dari langit, tapi juga dari semangat yang terpancar hangat. Xiaoyi selalu seperti bintang di matanya, bersinar dengan cahayanya sendiri.
Suatu hari, mungkin bintang ini akan jatuh dan mengabulkan permohonan.
"Kau sendiri, apakah punya permohonan?" Ganti manik merah Xiaoyi yang menatap Kaifo.
"Tentu punya." Berkedip. "Dimana ada air, ada harapan." Air adalah dirinya. Dirinya adalah harapan.
Xiaoyi menghela nafas. Kadang sulit membaca pikiran saudara seperjuangannya ini. "Sepertinya... kau punya banyak permohonan."
Kaifo tidak menjawab kecuali dengan gumaman.
'Aku ingin menyelamatkanmu ketika dunia menjatuhkanmu.'
Komentar
Posting Komentar